WALIYULLAH PERSPEKTIF ALQURAN: PENAFSIRAN IBNU TAIMIYAH TENTANG KEKASIH ALLAH

Dr.H. Badrudin, M.Ag, Dr.H. Badrudin, M.Ag (2019) WALIYULLAH PERSPEKTIF ALQURAN: PENAFSIRAN IBNU TAIMIYAH TENTANG KEKASIH ALLAH. a-empat, Serang Banten. ISBN 978-602-0846-49-1

[img]
Pra Tinjau
Gambar (COVER)
Cover Badrudin waliyullah Persp. Qur'an.jpg
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (2MB) | Pra Tinjau
[img] Teks (ABSTRAK)
ABSTRAK Waliyullah Perspektif Ibnu Taimiyah.docx
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (18kB)
[img]
Pra Tinjau
Teks (ISI)
WALIYULLAH PERSP. QUR'AN dr Dz.pdf
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (4MB) | Pra Tinjau

Abstrak

ABSTRAK WALIYULLAH PERSPEKTIF ALQURAN: PENAFSIRAN IBNU TAIMIYAH TENTANG KEKASIH ALLAH Seseorang bisa disebut Waliyullah apabila ia sudah mencapai tingkatan ma’rifat. Kaum sufi yakin bahwa ma’rifat itu bukan hasil pemikiran manusia, tetapi tergantung kepada kehendak dan rahmat Tuhan; ma’rifat merupakan pemberian Tuhan kepada orang yang dipandang sanggup menerimanya. Seseorang yang dapat menangkap cahaya ma’rifat dengan mata hatinya maka hatinya dipenuhi rasa cinta yang mendalam kepada Tuhan. Ma’rifat yaitu mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan.Bahkan tidak heran kalau seorang salik merasa tidak puas dengan tingkatan ma’rifat saja, namun ingin lebih dari itu, ya’ni persatuan dengan Tuhan (ittihad). Imam Ghazali memandang bahwa Mahabbah timbul dari ma’rifat. Mahabbah yang timbul dari kasih sayang dan rahmat Tuhan. Untuk mencapai tingkat ke-wali-an, bisa dicapai dengan jalan suluk dan ada juga dengan tidak melalui suluk. Hal ini tersirat sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah : الله يجتبى اليه من يشاء ويهدى اليه من ينيب “Allah menarik kepada agama itu orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya oarang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. 42 : 13) Keadaan (tingkah laku) yang pertama adalah jalannya kaum mahbu>bun muro>dun, yaitu orang yang dicintai dan dikehendaki Tuhan. Mereka ini adalah orang-orang yang mendapat derajat dan kemuliaan dengan anugerah Allah tanpa dicari sebelumnya. Dalam kategori ini termasuk para Nabi dan Rasul. Setelah Allah menghilangkan hijab dari hati mereka, barulah berijtihad dan beramal dengan lezatnya Nurul yaqin. Keadaan yang kedua adalah jalannya orang-orang yang disebut muhibbun muridun, yaitu orang-orang yang cinta kepada Allah dan menyiapkan dirinya menuju jalan Allah. Pertama-tama mereka giat beribadah, riyadlah, dan mujahadah, barulah mereka mendapat hidayah, yaitu kasyaf (tersingkapnya hijab pada hati mereka).PuncaksulukIbnu ‘Arabi disebut dengan wahdatul wujud, yaitu bersatunya manusia dengan Tuhan. Manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud. Sedangkan al-Hallaj menamainya dengan hulul, Abu Yazid al-Busthomi menggunakan istilah ittihad.

Tipe Item/Data: Buku
Kata Kunci (keywords): PENAFSIRAN IBNU TAIMIYAH
Subjek: 2x1 Al Quran dan ilmu yang terkait > 2x1.3 Tafsir Al-Quran > 2x1.31 Ilmu Tafsir
Divisi: Fakultas Ushuluddin dan Adab > Ilmu Alquran dan Tafsir
User Penyetor: M.Pd artina Subhan
Tanggal Disetorkan: 13 Sep 2019 04:55
Perubahan Terakhir: 13 Sep 2019 04:55
URI: http://repository.uinbanten.ac.id/id/eprint/4352

Actions (login required)

Lihat Item Lihat Item

      is powered by EPrints 3 which is developed by the Islamic Institutional Repository UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. More information and software credits.