Oktaviani, Yulia (2019) Konseling Individual untuk Meningkatkan Motivasi Beragama pada Anak Korban Perceraian (Di Kampung Patenggeng, Desa Pamarayan, Kecamatan Jiput, Pandeglang-Banten). Diploma atau S1 thesis, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
|
Teks (cover)
COVER-1-1.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial. Download (76kB) | Pra Tinjau |
|
|
Teks (LAMPIRAN)
LAMPIRAN DEPAN.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial. Download (217kB) | Pra Tinjau |
|
|
Teks (BAB I - V)
BAB I - V.pdf Download (455kB) | Pra Tinjau |
Abstrak
Manusia secara fitrah merupakan mahluk yang memiliki kemampuan untuk beragama, hal demikian sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah satu hadistnya yang mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama), maka orangtualah yang menjadi pendidik pertama bagi anak. Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan dan pengajaran agama yang pertama di dalam keluarganya. Orangtua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya, bapak dan ibu diberikan anugerah oleh Tuhan berupa nuluri sebagai orangtua. Tapi bagimana jika dalam suatu keluarga terjadinya kasus pertikaian keluarga yang berakhir dengan perceraian. Dari uraian permasalahan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1). Bagaimana Kondisi Keberagamaan Anak Korban Perceraian? 2). Bagaimana Penerapan Konseling Individual Untuk Meningkatkan Motivasi Beragama Pada Anak Korban Perceraian? 3). Bagaimana Hasil Kegiatan Konseling Individual Untuk Meningkatkan Motivasi Beragama Pada Anak Korban Perceraian? Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan adanya tindakan konseling individual yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa. 1). Kondisi kebergamaan anak korban perceraian pada responden MAD, NO, EJ dan IM yaitu minimnya pengetahuan tentang agama sebab tidak adanya perhatian serta pengawasan yang diberikan oleh kedua orang tuanya, keluarga dan lingkungan sekitar. Sehingga anak senang mencari kebebasan di luar dan tidak begitu memperdulikan perkataan orang-orang yang ada di sekitarnya. 2). Bentuk penanganan yang diberikan peneliti yaitu dengan penerapan konseling individual. Pertama, peneliti membangun hubungan dengan responden dan juga keluarga responden. Kedua, peneliti mendefinisikan masalah yang terjadi pada anak korban perceraian dengan mengulas kembali masalah yang terjadi pada anak korban perceraian tersebut. Ketiga, memfasilitasi perubahan dengan memberikan arahan, dorongan dan juga penguatan. Hasil dari proses konseling bisa dilihat dari kemampuan responden untuk merubah persepsi dan menyadari tindakannya, meminimalisir perilaku-perilaku negatif menjadi perilaku yang positif. Kata Kunci: Konseling Individual, Motivasi, Anak korban perceraian. , NIM: 153400497, Judul Skripsi: Konseling Individual Untuk Meningkatkan Motivasi Beragama Pada Anak Korban Perceraian. (Di Kampung Patenggeng, Desa Pamarayan, Kecamatan Jiput, Pandeglang-Banten). Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Negeri Islam Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Manusia secara fitrah merupakan mahluk yang memiliki kemampuan untuk beragama, hal demikian sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah satu hadistnya yang mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama), maka orangtualah yang menjadi pendidik pertama bagi anak. Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan dan pengajaran agama yang pertama di dalam keluarganya. Orangtua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya, bapak dan ibu diberikan anugerah oleh Tuhan berupa nuluri sebagai orangtua. Tapi bagimana jika dalam suatu keluarga terjadinya kasus pertikaian keluarga yang berakhir dengan perceraian. Dari uraian permasalahan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1). Bagaimana Kondisi Keberagamaan Anak Korban Perceraian? 2). Bagaimana Penerapan Konseling Individual Untuk Meningkatkan Motivasi Beragama Pada Anak Korban Perceraian? 3). Bagaimana Hasil Kegiatan Konseling Individual Untuk Meningkatkan Motivasi Beragama Pada Anak Korban Perceraian? Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan adanya tindakan konseling individual yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa. 1). Kondisi kebergamaan anak korban perceraian pada responden MAD, NO, EJ dan IM yaitu minimnya pengetahuan tentang agama sebab tidak adanya perhatian serta pengawasan yang diberikan oleh kedua orang tuanya, keluarga dan lingkungan sekitar. Sehingga anak senang mencari kebebasan di luar dan tidak begitu memperdulikan perkataan orang-orang yang ada di sekitarnya. 2). Bentuk penanganan yang diberikan peneliti yaitu dengan penerapan konseling individual. Pertama, peneliti membangun hubungan dengan responden dan juga keluarga responden. Kedua, peneliti mendefinisikan masalah yang terjadi pada anak korban perceraian dengan mengulas kembali masalah yang terjadi pada anak korban perceraian tersebut. Ketiga, memfasilitasi perubahan dengan memberikan arahan, dorongan dan juga penguatan. Hasil dari proses konseling bisa dilihat dari kemampuan responden untuk merubah persepsi dan menyadari tindakannya, meminimalisir perilaku-perilaku negatif menjadi perilaku yang positif. Kata Kunci: Konseling Individual, Motivasi, Anak korban perceraian.
Tipe Item/Data: | Skripsi/Tesis/Disertasi (Diploma atau S1) |
---|---|
Subjek: | 2x4 Fiqh > 2x4.3 Hukum Perkawinan / Munakahat > 2x4.33 Putusnya perkawinan |
Divisi: | Fakultas Dakwah > Bimbingan dan Konseling Islam |
User Penyetor: | M.Pd artina Subhan |
Tanggal Disetorkan: | 15 Mei 2019 01:38 |
Perubahan Terakhir: | 03 Apr 2024 04:32 |
URI: | http://repository.uinbanten.ac.id/id/eprint/3771 |
Actions (login required)
Lihat Item |